Minggu, 22 Juni 2014

LAPORAN PENELITIAN EKOLOGI HEWAN "Keanekaragaman dan Kelimpahan Gastropoda di Desa lembasada"



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir tropis atau sub tropis yang sangat dinamis serta mempunyai produktivitas, nilai ekonomis, dan nilai ekologis yang tinggi. Hutan mangrove sebagai daerah dengan produktivitas tinggi memberikan kontribusi besar sebagai sumber energi bagi biota yang hidup di sekitarnya.
Mollusca terutama dari kelas Gastropoda merupakan kelompok hewan yang dominan dalam ekosistem hutan mangrove. Gastropoda memilki peran yang besar dalam kaitannya dengan rantai makanan komponen biotik di kawasan hutan mangrove, karena di samping sebagai pemangsa detritus, Gastropoda berperan dalam proses dekomposisi serasah dan menetralisasi materi organik yang bersifat herbivor dan detrivor. Gastropoda secara langsung berperan penting dalam percepatan penyediaan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh biota lainnya melalui rantai makanan.
Mollusca termasuk hewan yang sangat berhasil menyesuaikan diri hidup di berbagai tempat dan cuaca. Sebagian besar Gastropoda hidup di daerah-daerah hutan bakau, ada yang hidup di atas tanah yang berlumpur atau tergenang air, dan ada pula yang menempel pada akar atau batang, bahkan ada pula yang memanjat. 
Umumnya hewan gastropoda bersimbiosis dengan tumbuhan mangrove. Dimana simbiosisnya merupakan simbiosis mutualisme. Karena biasanya hewan gastropoda ini melangsungkan kehidupan serta berkembang biak di atas tumbuhan mangrove. Sedangkan bagi mangrove, telah mendapatkan nutrisi tambahan dari feses dari hewan-hewan gastropoda.
Mengingat pentingnya peranan Gastropoda dalam rantai makanan terhadap organisme-organisme yang hidup di ekosistem mangrove, serta masih minimnya informasi tentang keberadaan Gastropoda di kawasan mangrove Desa Lembasada, maka perlu diadakan penelitian mengenai Keanekaragaman dan Kelimpahan Gastropoda di Ekosistem Mangrove Desa Lembasada.
1.2 RUMUSAN MASALAH
     Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1.      Bagaimanakah kelimpahan dan keanekaragaman Gastropoda di ekosistem mangrove yang terdapat di Desa Lembasada?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1.      Mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman Gastropoda di ekosistem mangrove yang terdapat di Desa Lembasada

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1.      Dapat mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman Gastropoda di ekosistem mangrove yang terdapat di Desa Lembasada
2.      Dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait terutama masyarakat di sekitarnya tentang kelimpahan dan keanekaragaman jenis  sumberdaya gastropoda yang hidup di kawasan mangrove Desa Lembasada
3.      Dapat dijadikan sebagai data pendahuluan untuk penelitian-penelitian  mahasiswa biologi











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hewan-hewan gastropoda merupakan hewan yang termasuk dalam anggota filum Mollusca. Di mana mollusca ini merupakan yang kedua terbanyak setelah Arthropoda. Diperkirakan anggota dari filum mollusca sampai saat ini berjumlah kurang lebih 100.000. disamping itu ada kurang lebih 20.000 spesies fosilnya yang pernah hidup di dunia.
Mollusca juga dikenal sebagai binatang lunak, ialah binatang yang berdaging dan tidak memiliki tulang (hewan lunak), ada yang dilindungi oleh cangkang atau rumahnya dan ada pula yang tak bercangkang. Bentuk cangkang bermacam-macam, ada yang bercangkang tunggal (Gastropoda), bercangkang ganda (Bivalvia), berbentuk sepeti tanduk atau gading gajah mini (Scaphopoda), berlapis-lapis seperti susunan genting ( Polyplacophora/Chiton) dan ada pula yang cangkangnya terletak di dalam tubuhnya, misalnya pada cumi-cumi (Loligo sp.) dan suntung (Sepia sp.)
Kelas gastropoda disebut juga binatang berkaki perut, kebanyakan hidup di laut tetapi ada juga sebagian yang hidup di darat. Mempunyai anggota yang terbanyak, yakni sekitar separuh anggota dari binatang mollusca. Bentuk cangkang dari hewan gastropoda pada pertumbuhannya memperlihatkan perputaran spiral dengan sudut 180°, di mana binatangnya akan kembali ke poisisi semula. Mempunyai kepala dan mata, umumnya mempunyai radula.
Dibagi dalam 3 Sub class, yaitu :          
1.         Sub class Prosobranchia
     Pada umumnya bernafas dengan insang yang terletak di bagian depan. Umumnya mempunyai operculum ataututp yang menempel pada kakinya, operculum ini berfungsi sebagai penutup, bila binatangnya masuk ke dalam. Mempunyai alat kelamin yang terpisah kebanyakan hidupnya di laut tetapi ada dua pengecualian, misalnya yang hidup di daratan antara dari family Cyclophoridae  dan  Pupinidae bernafas dengan paru-paru dan yang hidup di air tawar  antara lain dari family Thairidae.
2.                  Sub class Opisthobranchia
     Insangnya terletak di sebelah belakang. Hidup di laut, umumnya mempunyai cangkang yang tipis, tetapi ada sebagian yang tidak mempunyai  cangkang (lintah laut/ sea slug), antara lain dari ordo Nudibranchia. Semuanya hermaphrodite, yaitu setiap siput mempunyai dua kelamin, jantan dan betina.
3.                  Sub class Pulmonata
     Mempunyai rongga mantle yang berfungsi sebagai paru-paru. Hampir semuanya hidup di darat dan umumnya adalah hermaphrodite. Yang tidak mempunyai cangkang  disebut siput telanjang/land slug.

Klasifikasi hewan Gastropoda
Kingdom                   : Animalia
Filum                         : Mollusca
Kelas                          : Gastropoda
Sub kelas                   : Prosobranchia
                                     Opisthobranchia
                                     Pulmonata
Gambar 2.1: morfologi hewan Gastropoda

Hewan gastropoda melangsungkan perkawinan yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan hewan mollusca lainnya, di mana sel telur setelah dibuahi oleh sperma akan terjadi zigot dan menjadi telur. Telur ini dikeluarkan satu persatu dari saluran telur betina. Bentuk san cara meletakkan telurnya bermacam-macam. Waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telurnya bervariasi, tergantung dari pada jenisnya. Ada jenis siput yang beberapa hari saja telurnya menetas tetapi ada juga yang sampai 3 bulan.
a. Terbentuknya cangkang
 Tubuh siput terdiri dari empat bagian utama, yaitu kepala, kaki, isi perut dan mantel.pada kepala terdapat dua mata, 2 tentacle, sebuah mulut (proboscis) dan sebuah siphon. Umumnya makanan dan faktor keturunan merupakan hal yang mempengaruhi dalam terbentuknya cangkang. Makanan yang dibutuhkan oleh siput umumnya adalah kalsium karbonat serta pigmen lain yang akan diserap oleh mantel.mantel inilah yang merupakan arsitek dalam pembentukkan struktur serta corak warna dari pada cangkang. Lapisan struktur cangkang ini dinamakan lapisan prismatic.
b. Struktur cangkang
Sebagian besar struktur cangkang terbuat dari kalsium karbonat, yaitu kira-kira 89 – 99% dan sebagian lainnya terdiri dari 1 – 2% phosphate., bahan organik conchiolin dan air. Lapisan nacreous yang mengkilap mengandung jauh lebih banyak conchiolin dibandingkan dengan lapisan prismatic
Siput darat Pulmonata ada yang hidup di tanah ada juga yang memanjat pohon-pohon yang tinggi. Sambil berjalan mengeluarkan lendir yang bila mengering terlihat mengkilap seperti kaca. Meskipun hidup di darat, siput-siput ini menyukai tempat-tempat yang lembab, karena siput ini membutuhkan banyak air untuk memproduksi lendir yang banyak dikeluarkan sewaktu berjalan. Sebagian siput gastropoda hidup di daerah hutan-hutan bakau, ada yang hidup di atas tanah berlumpur atau tergenang airnya, ada pula yang menempel pada akarnya, dan ada pula yang memanjat, misalnya pada Littorina cassidula, Cerithiidae  dan lain-lain.



BAB III
METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN TEMPAT
            Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya pengamatan ini yaitu sebagai berikut :
Hari/tanggal : 18-20 April 2014
Tempat : Desa lembasada

3.2 METODE
Metode yang digunakan pada  pengamatan ini yaitu metode line transek (transek garis). Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi  4 titik stasiun pengamatan dan pada tiap-tiap stasiun dibagi menjadi 3 sub stasiun menggunakan kuadran 2x2m dimana pada masing-masing stasiun menarik garis transek sejauh 10m.

3.3 ALAT DAN BAHAN
Adapun alat yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu :
v  Alat
o  pH meter
o  Roll meter
o  Patok
o  Mistar
o  Kamera
o  Alat tulis menulis
o  Buku determinasi Gastropoda
v  Bahan
o  Tali raffia
o  Kertas label
o  Gastropoda
o  Kantong plastik
3.4  PROSEDUR KERJA
          Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :
1.      Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Melakukan observasi tempat pengamatan
3.      Menentukan lokasi pengambilan sampel
4.      Mengukur kondisi fisik dan kimia lingkungan
5.      Menarik transek  secara horizontal dengan menggunakan roll meter sejauh 10m dan membuat 3 kuadran/plot dengan ukuran 2x2m pada masing-masing stasiun 
6.      Mengamati,menghitung, dan mencatat semua jenis Gastropoda yang ditemukan dalam setiap kuadran
7.      Mengambil 1 individu dari setiap jenis dan menyimpannya dalam kantong plastik yang diberi tanda menggunakan kertas label dan selanjutnya diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi dan didokumentasikan.
8.      Pengambilan sampel dilakukan pada saat surut dimulai pada siang hari, sehingga dapat mempermudah dalam menghitung dan mengidentifikasi jenis Gastropoda
9.      Memasukkan data yang diperoleh kedalam tabel hasil pengamatan








TABEL INDEKS KEANEKARAGAMAN GASTROPODA ANTAR STASIUN
NO
SPESIES
STASIUN
I
II
III
IV
1
Telescopium telescopium
15
7
0
5
2
Clypeomorus moniliferus
3
0
0
0
3
Clypeomorus concisus
0
32
50
10
4
Thais bitubercularis
0
4
6
8
5
Terebralia sulcata
0
10
5
5
6
Nerita undata
0
0
5
0
7
Atrina vexillum
0
0
2
0
8
Cerithium kobelti
0
0
0
8
Total individu (N)
18
53
68
35
Total spesies (ni)
2
4
5
5
Indeks dominansi (D)
0,99
0,98
0,97
0,98
Indeks keanekaragaman (D')
0,01
0,02
0,03
0,04

PERBANDINGAN INDEKS KEANEKARAGAMAN ANTAR STASIUN
TABEL HASIL PENGAMATAN KELIMPAHAN GASTROPODA
NO
SPESIES
KELIMPAHAN
1.
Telescopium telescopium
15 %
2.
Clypeomorus moniliferus
1 %
3.
Clypeomorus concisus
52 %
4.
Thais bitubercularis
9 %
5.
Terebralia sulcata
11 %
6.
Nerita undata
2 %
7.
Atrina vexillum
1 %
8.
Cerithium kobelti
4 %

PERBANDINGAN KELIMPAHAN  ANTAR SPESIES






TABEL HASIL PENGAMATAN KONDISI LINGKUNGAN
NO
KONDISI LINGKUNGAN
STASIUN
I
II
III
IV
1.
SALINITAS
0,20 ppt
0,20 ppt
0,20 ppt
0,10 ppt
2.
PH AIR
6.9
6,8
7,0
7,0
3.
KELEMBAPAN
81,7 %
78,4 %
7,0 %
7,0 %
4.
SUBSTRAT
LUMPUR
LUMPUR
LUMPUR
LUMPUR

ANALISA DATA

KEANEKARAGAMAN
RUMUS SIMPSON :
Mencari indeks dominansi
Dimana, Pi = 
Keterangan :
D = Indeks dominansi
N = Total cacah individu dalam sampel
 = Cacah individu spesies-i 

Mencari indeks deversitas/keanekaragaman

D' = 1 – D
Keterangan :
D' = Indeks Diversitas
D = Indeks Dominansi




INDEKS KEANEKARAGAMAN
RENDAH
0,50
SEDANG
0,50-0,75
TINGGI
0,75-1


KEANEKARAGAMAN GASTROPODA ANTAR STASIUN
v  STASIUN I
·         D =  +  +  +  +  +  +  +
    = 0,83 + 0,16 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0
    = 0,99
·         D' = 1 - 0,99
     = 0,01

v  STASIUN II
·         D =  +  +  +  +  +  +  +
    = 0,13 + 0 + 0,60 + 0,70 + 0,18 + 0 + 0 + 0
    = 0,98
·         D' = 1 - 0,98
     = 0,02

v  STASIUN III
·         D =  +  +  +  +  +  +  +
    = 0 + 0 + 0,73 + 0,08 + 0,007 + 0,007 + 0,02 + 0
    = 0,97
·         D' = 1 - 0,97
     = 0,03


v  STASIUN IV
·         D =  +  +  +  +  +  +  +
    = 0,14 + 0 + 0,28 + 0,2 + 0,14 + 0 + 0 + 0,22
    = 0,98
·         D' = 1 - 0,98
     = 0,02

KEANEKARAGAMAN GASTROPODA YANG DITEMUKAN DI SELURUH LOKASI PENGAMATAN
·         D =  +  +  +  +  +  +  +
    = 0,15 + 0,01 + 0,52 + 0,09 + 0,12 + 0,02 + 0,01 + 0,004
    = 0,96
·         D' = 1 – 0,96
     = 0,04

KELIMPAHAN

RUMUS MENGITUNG KELIMPAHAN (ludwig dan reynolds,1981 dalam dharmawan, 1995)

v  Telescopium telescopium
D =  x 100 %
    = 15 %
v  Clypeomorus moniliferus
D =  x 100 %
    = 1 %

v  Clypeomorus concisus
D =  x 100 %
    = 52 %
v  Thais bitubercularis
D =  x 100 %
    = 9 %
v  Terebralia sulcata
D =  x 100 %
                = 11 %
v  Nerita undata
D =  x 100 %
                = 2 %
v  Atrina vexillum
D =  x 100 %
          = 1 %
v  Cerithium kobelti
D =  x 100 %
                = 4 %

4.2 PEMBAHASAN
Hewan-hewan gastropoda merupakan hewan yang termasuk dalam anggota filum Mollusca. Di mana mollusca ini merupakan yang kedua terbanyak setelah Arthropoda. Diperkirakan anggota dari filum mollusca sampai saat ini berjumlah kurang lebih 100.000. disamping itu ada kurang lebih 20.000 spesies fosilnya yang pernah hidup di dunia.
Pada pengamatan kali ini kami mengamati tentang keanekaragaman dan kelimpahan gastropoda di desa lembasada,Desa lembasada merupakan salah satu tempat penelitian yang terletak dibagian kabupaten Donggala, yang mana salah satu  yang termasuk tak berpenghuni atau jauh dari pemukiman masarakat sehingga dari segi ekosistem merupakan tempat  yang habitatnya dalam hal ini hutan mangrove, bisa di katakan masi alami bagi organisme yang hidup didalamnya.
Selain hutan mangrove, ekosistem pesisir lain yang ditemukan di desa lembasada yaitu ekosistem terumbu karang, gastropoda dan lain sebagainya . Sedangkan jenis subsrat yang di temukan meliputi lumpur, pasir berlumpur, pasir dan pasir bercampur patahan karang dan barbatu dengan karakteristik garis pantai landai.
Pada pengamatan ini kami menggunakan metode line transek (transek garis). Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi  4 titik stasiun pengamatan dan pada tiap-tiap stasiun dibagi menjadi 3 sub stasiun menggunakan kuadran 2x2m dimana pada masing-masing stasiun menarik garis transek sejauh 10m. Letak stasiun I yaitu di dekat perkebunan,stasiun II di dekat tambak.stasiun III di dekat pemukiman dan stasiun IV di dekat dermaga. Di mana jenis-jenis gastropoda yang kami temukan di lokasi pengamatan berjumlah 8 jenis yaitu Telescopium telescopium,Clypeomorus moniliferus,Clypeomorus concisus, Thais bitubercularis,Terebralia sulcata,Nerita undata,Atrina vexillum, dan Cerithium kobelti.
Gastropoda pada umumnya hidup di permukaan substrat atau menempel pada pohon mangrove. Gastropoda yang hidup di hutan mangrove pada umumnya bersifat bergerak (mobile), bergerak aktif turun naik mengikuti pasang surut sehingga Gastropoda sendiri memiliki adaptasi yang cukup besar dengan perubahan faktor lingkungan yang disebabkan oleh suhu dan salinitas.
Selama air pasang Gastropoda bergerak sampai ke bagian atas dan bergerak turun ke bawah pohon atau di lantai pohon mangrove saat surut. Gastropoda berasosiasi dengan ekosistem hutan mangrove sebagai habitat tempat hidup, berlindung, memijah, dan juga sebagai daerah suplai makanan yang menujang pertumbuhan (Nontji, 1993).
Data pada Tabel pengamatan menunjukkan bahwa ada beberapa jenis Gastropoda yang merupakan gastropoda asli ekosistem mangrove yaitu jenis Telescopium-telescopium,dan Terebralia sulcata.dimana mereka lebih menyukai permukaan yang berlumpur atau daerah dengan genangan air yang cukup luas (Kusrini, 2000).
Jenis-jenis gastropoda Clypeomorus moniliferus,Atrina vexillum, dan Nerita undata ditemukan sedikit di semua stasiun. Kurniawan (2007) dalam Nento (2012) menjelaskan bahwa banyak atau tidaknya Gastropoda dilokasi penelitian, dimungkinkan berhubungan dengan kondisi substrata tau tempat hidup dari masing-masing spesies.
hasil pengamatan tentang indeks keanekaragamana gastropoda yang di temukan pada lokasi pengamatan yaitu di mana berdasarkan pengamatan kami bahwa indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun IV dengan indeks keanekaragaman 0,04, selanjutnya stasiun III indeks keanekaragamannya 0,03,stasiun II indeks keanekaragamannya 0,02 dan stasiun I indeks keanekaragamannya 0,01 semua indeks keanekaragaman tersebut masuk kategori rendah. Perbandingan indeks keanekaragaman antar stasiun dapat dilihat grafik yang terdapat pada pada bab IV. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman gastropoda di desa lembahsada masuk dalam kategori tingkat keanekaragaman rendah.
 Odum (1996) menjelaskan bahwa keanekaragaman identik dengan kestabilan suatu eksosistem, yaitu jika keanekaragaman suatu eksositem relatif tinggi maka kondisi eksosistem tersebut cenderung stabil. Lingkungan ekosistem yang memiliki gangguan keanekaragaman cenderung sedang, pada kasus lingkungan ekosistem yang tecemar keanekaragaman cenderung rendah
            Rendahnya indeks keanekaragaman pada stasiun I,II,III,dan IV mungkin diakibatkan oleh banyaknya aktifitas masyarakat disekitar stasiun tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa disekitar stasiun tersebut ada kegiatan pertambakan, dan perumahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Heddy dan Kurniati (1996) bahwa keanekaragaman rendah menandakan ekosistem mengalami tekanan atau kondisinya menurun.
            Hasil pengamatan yang kami dapatkan mengenai indeks kelimpahan gastropoda yang kami peroleh di lokasi pengamatan dapat dilihat pada bab IV. Dimana nilai gastropoda yang memiliki indeks kelimpahan tertinggi yaitu Clypeomorus concisus dengan nilai 52%  dan yang terendah Atrina vexillum denga nilai 1%. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa jenis Clypeomorus concisus lebih melimpah dibandingkan jenis gastropoda lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangan (2000), suatu spesies dinyatakan melimpah apabila ditemukan individunya dalam jumlah yang sangat banyak dibandingkan dengan individu dari spesies lainnya.
            Jenis Clypeomorus concisus melimpah disebabkan oleh adaptasai hidup yang lebih dibanding jenis yang lain karena jenis ini memiliki cangkang tebal dan berat, sehingga apabila mendapat gangguan mudah untuk berlindung serta tetap ditempat, dimana banyak ditemukan pada daerah permukaan berlumpur maupun batang mangrove.
            Untuk hasil Pengukuran kondisi lingkungan berupa salinitas,pH air, dan kelembaban dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel. Hasil dari pengukuran masing-masing kondisi lingkungan dapat dilihat pada bab IV. Dimana Salinitas merupakan nilai yang menunjukan banyaknya kandungan garam-garam mineral yang menyusun suatu perairan yang ikut mempengaruhi kehidupan Moluska (Gastropoda) pada hutan mangrove (Nybakken, 1992). Hasil pengukuran yang diperoleh di empat stasiun yaitu 0,20 ppt. Tinggi dan rendahnya salinitas yang diperoleh dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada saat pengukuran. Untuk kelembaban hasil pengukuran yang kami peroleh yaitu stasiun I 81,7 %,stasiun II 78,4 %,stasiun III 7,0 %,dan stasiun IV 7,0 %. 
            pH air memegang peranan penting di perairan karena dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme yang berada diperairan tersebut (Nybakken, 1992). Hasil pengukuran pH air pada lokasi penelitian dapat dilihat pada bab IV. bahwa stasiun pengamatan yang memiliki nilai pH air tertinggi terdapat pada stasiun III dan IV yaitu 7,0 sedangkan untuk stasiun I dan II yaitu 6,9 dan 6,8. Kisaran pH air untuk kehidupan Gastropoda dari hasil yang diperoleh pada pengukuran masih dikatakan layak untuk kehidupan Gastropoda di ekosistem mangrove. Gasper (1990) dalam Odum (1996) menjelaskan bahwa Gastropoda membutuhkan pH air antara 6,5 - 8,5 untuk kelangsungan hidup dan reproduksi.


BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
            Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
Ø  jenis-jenis gastropoda yang kami temukan di lokasi pengamatan berjumlah 8 jenis yaitu Telescopium telescopium,Clypeomorus moniliferus,Clypeomorus concisus, Thais bitubercularis,Terebralia sulcata,Nerita undata,Atrina vexillum, dan Cerithiam kobelti
Ø  Nilai indeks keanekaragaman Gastropoda di ekosistem mangrove Desa lembasada masuk dalam kategori tingkat keanekaragaman rendah.
Ø  nilai gastropoda yang memiliki indeks kelimpahan tertinggi yaitu Clypeomorus concisus dengan nilai 52%  dan yang terendah Atrina vexillum denga nilai 1%.
Ø  Parameter lingkungan terukur masih berada pada kondisi yang baik untuk kehidupan Gastropoda

5.2 SARAN
Ø  Perlu adanya kajian lebih lanjut tentang organisme yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove di Desa Lembasada, sehingga mempermudah dalam perencanaan pengelolaan kedepan.
Ø  Perlu pengelolaan kawasan perairan Desa Lembasada khususnya mangrove, sehingga dapat tetap lestari dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

           
           




DAFTAR PUSTAKA

Anonim,http/www.gastropoda.blogspot.com

Anonim.http//www.habitat.gastropoda.recn.com

Dharmawan, A. 1995. Studi Komunitas Moluska Di Hutan Mangrove Laguna Segara Anaka Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.Tesis. Universitas Gadjah Madah. Yogyakarta

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta

Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta

Nento, R. 2012. Kelimpahan, Keanekaragaman, dan Kemerataan Gastropoda di Ekosistem Mangrove Di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Odum. 1996. Dasar-dasar Ekologi.Edisi ketiga. Gajah Mada Universitas press. Yogyakarta.

Rangan, J. 2000. Struktur dan apologi Komunitas Gastropoda pada Zona
Hutan Mangrove Perairan Kulu Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.Skripsi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar