BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Hutan mangrove merupakan salah satu
ekosistem pesisir tropis atau sub tropis yang sangat dinamis serta mempunyai
produktivitas, nilai ekonomis, dan nilai ekologis yang tinggi. Hutan mangrove sebagai daerah dengan produktivitas
tinggi memberikan kontribusi besar sebagai sumber energi bagi biota yang hidup
di sekitarnya.
Mollusca terutama dari kelas
Gastropoda merupakan kelompok hewan yang dominan dalam ekosistem hutan
mangrove. Gastropoda memilki peran yang besar dalam kaitannya dengan rantai
makanan komponen biotik di kawasan hutan mangrove, karena di samping sebagai
pemangsa detritus, Gastropoda berperan dalam proses dekomposisi serasah dan
menetralisasi materi organik yang bersifat herbivor dan detrivor. Gastropoda
secara langsung berperan penting dalam percepatan penyediaan unsur-unsur hara
yang diperlukan oleh biota lainnya melalui rantai makanan.
Mollusca termasuk hewan yang sangat
berhasil menyesuaikan diri hidup di berbagai tempat dan cuaca. Sebagian besar
Gastropoda hidup di daerah-daerah hutan bakau, ada yang hidup di atas tanah
yang berlumpur atau tergenang air, dan ada pula yang menempel pada akar atau
batang, bahkan ada pula yang memanjat.
Umumnya hewan gastropoda
bersimbiosis dengan tumbuhan mangrove. Dimana simbiosisnya merupakan simbiosis
mutualisme. Karena biasanya hewan gastropoda ini melangsungkan kehidupan serta
berkembang biak di atas tumbuhan mangrove. Sedangkan bagi mangrove, telah
mendapatkan nutrisi tambahan dari feses dari hewan-hewan gastropoda.
Mengingat pentingnya peranan
Gastropoda dalam rantai makanan terhadap organisme-organisme yang hidup di
ekosistem mangrove, serta masih minimnya informasi tentang keberadaan
Gastropoda di kawasan mangrove Desa Lembasada, maka perlu diadakan penelitian
mengenai Keanekaragaman dan Kelimpahan Gastropoda di Ekosistem Mangrove Desa
Lembasada.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu :
1. Bagaimanakah
kelimpahan dan keanekaragaman Gastropoda di ekosistem mangrove yang terdapat di
Desa Lembasada?
1.3
TUJUAN
Adapun
tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui
kelimpahan dan keanekaragaman Gastropoda di ekosistem mangrove yang terdapat di
Desa Lembasada
1.4
MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu
:
1. Dapat
mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman Gastropoda di ekosistem mangrove yang
terdapat di Desa Lembasada
2. Dapat
memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait terutama masyarakat di
sekitarnya tentang kelimpahan dan keanekaragaman jenis sumberdaya
gastropoda yang hidup di kawasan mangrove Desa Lembasada
3. Dapat
dijadikan sebagai data pendahuluan untuk penelitian-penelitian mahasiswa
biologi
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Hewan-hewan
gastropoda merupakan hewan yang termasuk dalam anggota filum Mollusca. Di mana
mollusca ini merupakan yang kedua terbanyak setelah Arthropoda. Diperkirakan
anggota dari filum mollusca sampai saat ini berjumlah kurang lebih 100.000.
disamping itu ada kurang lebih 20.000 spesies fosilnya yang pernah hidup di
dunia.
Mollusca
juga dikenal sebagai binatang lunak, ialah binatang yang berdaging dan tidak
memiliki tulang (hewan lunak), ada yang dilindungi oleh cangkang atau rumahnya
dan ada pula yang tak bercangkang. Bentuk cangkang bermacam-macam, ada yang
bercangkang tunggal (Gastropoda), bercangkang
ganda (Bivalvia), berbentuk sepeti
tanduk atau gading gajah mini (Scaphopoda),
berlapis-lapis seperti susunan genting ( Polyplacophora/Chiton)
dan ada pula yang cangkangnya terletak di dalam tubuhnya, misalnya pada
cumi-cumi (Loligo sp.) dan suntung (Sepia sp.)
Kelas
gastropoda disebut juga binatang berkaki perut, kebanyakan hidup di laut tetapi
ada juga sebagian yang hidup di darat. Mempunyai anggota yang terbanyak, yakni
sekitar separuh anggota dari binatang mollusca. Bentuk cangkang dari hewan
gastropoda pada pertumbuhannya memperlihatkan perputaran spiral dengan sudut
180°, di mana binatangnya akan kembali ke poisisi semula. Mempunyai kepala dan
mata, umumnya mempunyai radula.
Dibagi dalam 3 Sub class, yaitu :
1.
Sub class Prosobranchia
Pada umumnya bernafas dengan insang yang
terletak di bagian depan. Umumnya mempunyai operculum ataututp yang menempel
pada kakinya, operculum ini berfungsi sebagai penutup, bila binatangnya masuk
ke dalam. Mempunyai alat kelamin yang terpisah kebanyakan hidupnya di laut
tetapi ada dua pengecualian, misalnya yang hidup di daratan antara dari family Cyclophoridae dan Pupinidae bernafas dengan paru-paru dan
yang hidup di air tawar antara lain dari
family Thairidae.
2.
Sub class Opisthobranchia
Insangnya terletak di sebelah belakang.
Hidup di laut, umumnya mempunyai cangkang yang tipis, tetapi ada sebagian yang
tidak mempunyai cangkang (lintah laut/
sea slug), antara lain dari ordo Nudibranchia.
Semuanya hermaphrodite, yaitu setiap siput mempunyai dua kelamin, jantan
dan betina.
3.
Sub class Pulmonata
Mempunyai rongga mantle yang berfungsi
sebagai paru-paru. Hampir semuanya hidup di darat dan umumnya adalah
hermaphrodite. Yang tidak mempunyai cangkang
disebut siput telanjang/land slug.
Klasifikasi hewan Gastropoda
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Sub
kelas :
Prosobranchia
Opisthobranchia
Pulmonata
Gambar 2.1:
morfologi hewan Gastropoda
Hewan
gastropoda melangsungkan perkawinan yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
dengan hewan mollusca lainnya, di mana sel telur setelah dibuahi oleh sperma
akan terjadi zigot dan menjadi telur. Telur ini dikeluarkan satu persatu dari
saluran telur betina. Bentuk san cara meletakkan telurnya bermacam-macam. Waktu
yang dibutuhkan untuk menetaskan telurnya bervariasi, tergantung dari pada
jenisnya. Ada jenis siput yang beberapa hari saja telurnya menetas tetapi ada
juga yang sampai 3 bulan.
a. Terbentuknya cangkang
Tubuh siput terdiri dari
empat bagian utama, yaitu kepala, kaki, isi perut dan mantel.pada kepala
terdapat dua mata, 2 tentacle, sebuah mulut (proboscis) dan sebuah siphon.
Umumnya makanan dan faktor keturunan merupakan hal yang mempengaruhi dalam
terbentuknya cangkang. Makanan yang dibutuhkan oleh siput umumnya adalah
kalsium karbonat serta pigmen lain yang akan diserap oleh mantel.mantel inilah
yang merupakan arsitek dalam pembentukkan struktur serta corak warna dari pada
cangkang. Lapisan struktur cangkang ini dinamakan lapisan prismatic.
b. Struktur cangkang
Sebagian
besar struktur cangkang terbuat dari kalsium karbonat, yaitu kira-kira 89 – 99%
dan sebagian lainnya terdiri dari 1 – 2% phosphate., bahan organik conchiolin
dan air. Lapisan nacreous yang mengkilap mengandung jauh lebih banyak
conchiolin dibandingkan dengan lapisan prismatic
Siput
darat Pulmonata ada yang hidup di
tanah ada juga yang memanjat pohon-pohon yang tinggi. Sambil berjalan
mengeluarkan lendir yang bila mengering terlihat mengkilap seperti kaca.
Meskipun hidup di darat, siput-siput ini menyukai tempat-tempat yang lembab,
karena siput ini membutuhkan banyak air untuk memproduksi lendir yang banyak
dikeluarkan sewaktu berjalan. Sebagian siput gastropoda hidup di daerah
hutan-hutan bakau, ada yang hidup di atas tanah berlumpur atau tergenang
airnya, ada pula yang menempel pada akarnya, dan ada pula yang memanjat,
misalnya pada Littorina cassidula,
Cerithiidae dan lain-lain.
BAB III
METODOLOGI
3.1
WAKTU DAN TEMPAT
Adapun waktu dan tempat
dilaksanakannya pengamatan ini yaitu sebagai berikut :
Hari/tanggal : 18-20 April 2014
Tempat : Desa lembasada
3.2
METODE
Metode
yang digunakan pada pengamatan ini yaitu
metode line transek (transek garis). Lokasi pengambilan sampel dibagi
menjadi 4 titik stasiun pengamatan dan
pada tiap-tiap stasiun dibagi menjadi 3 sub stasiun menggunakan kuadran 2x2m
dimana pada masing-masing stasiun menarik garis transek sejauh 10m.
3.3
ALAT DAN BAHAN
Adapun
alat yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu :
v Alat
o pH
meter
o Roll
meter
o Patok
o Mistar
o Kamera
o Alat
tulis menulis
o Buku
determinasi Gastropoda
v Bahan
o Tali
raffia
o Kertas
label
o Gastropoda
o Kantong
plastik
3.4 PROSEDUR KERJA
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :
1. Menyediakan
alat dan bahan yang akan digunakan
2. Melakukan
observasi tempat pengamatan
3. Menentukan
lokasi pengambilan sampel
4. Mengukur
kondisi fisik dan kimia lingkungan
5. Menarik
transek secara horizontal dengan menggunakan roll meter sejauh 10m dan
membuat 3 kuadran/plot dengan ukuran 2x2m pada masing-masing stasiun
6. Mengamati,menghitung, dan mencatat
semua jenis Gastropoda yang ditemukan dalam setiap kuadran
7. Mengambil
1 individu dari setiap
jenis dan menyimpannya dalam kantong plastik yang diberi tanda menggunakan
kertas label dan selanjutnya diidentifikasi
dengan menggunakan buku identifikasi dan didokumentasikan.
8. Pengambilan
sampel dilakukan pada saat surut dimulai pada siang hari, sehingga
dapat mempermudah dalam menghitung dan mengidentifikasi jenis Gastropoda
9. Memasukkan
data yang diperoleh kedalam tabel hasil pengamatan
TABEL
INDEKS KEANEKARAGAMAN GASTROPODA ANTAR STASIUN
NO
|
SPESIES
|
STASIUN
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Telescopium
telescopium
|
15
|
7
|
0
|
5
|
2
|
Clypeomorus
moniliferus
|
3
|
0
|
0
|
0
|
3
|
Clypeomorus
concisus
|
0
|
32
|
50
|
10
|
4
|
Thais
bitubercularis
|
0
|
4
|
6
|
8
|
5
|
Terebralia
sulcata
|
0
|
10
|
5
|
5
|
6
|
Nerita
undata
|
0
|
0
|
5
|
0
|
7
|
Atrina
vexillum
|
0
|
0
|
2
|
0
|
8
|
Cerithium
kobelti
|
0
|
0
|
0
|
8
|
Total
individu (N)
|
18
|
53
|
68
|
35
|
|
Total
spesies (ni)
|
2
|
4
|
5
|
5
|
|
Indeks
dominansi (D)
|
0,99
|
0,98
|
0,97
|
0,98
|
|
Indeks
keanekaragaman (D')
|
0,01
|
0,02
|
0,03
|
0,04
|
PERBANDINGAN INDEKS KEANEKARAGAMAN
ANTAR STASIUN
TABEL HASIL PENGAMATAN KELIMPAHAN
GASTROPODA
NO
|
SPESIES
|
KELIMPAHAN
|
1.
|
Telescopium telescopium
|
15 %
|
2.
|
Clypeomorus moniliferus
|
1 %
|
3.
|
Clypeomorus concisus
|
52 %
|
4.
|
Thais bitubercularis
|
9 %
|
5.
|
Terebralia sulcata
|
11 %
|
6.
|
Nerita undata
|
2 %
|
7.
|
Atrina vexillum
|
1 %
|
8.
|
Cerithium kobelti
|
4 %
|
PERBANDINGAN
KELIMPAHAN ANTAR SPESIES
TABEL HASIL PENGAMATAN KONDISI
LINGKUNGAN
NO
|
KONDISI
LINGKUNGAN
|
STASIUN
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1.
|
SALINITAS
|
0,20 ppt
|
0,20 ppt
|
0,20 ppt
|
0,10 ppt
|
2.
|
PH AIR
|
6.9
|
6,8
|
7,0
|
7,0
|
3.
|
KELEMBAPAN
|
81,7 %
|
78,4 %
|
7,0 %
|
7,0 %
|
4.
|
SUBSTRAT
|
LUMPUR
|
LUMPUR
|
LUMPUR
|
LUMPUR
|
ANALISA
DATA
KEANEKARAGAMAN
RUMUS
SIMPSON :
Mencari
indeks dominansi
Dimana, Pi =
Keterangan :
D = Indeks dominansi
N = Total cacah individu dalam sampel
= Cacah individu spesies-i
Mencari indeks deversitas/keanekaragaman
D' = 1 – D
Keterangan :
D' = Indeks Diversitas
D = Indeks Dominansi
INDEKS KEANEKARAGAMAN
|
|
RENDAH
|
≤ 0,50
|
SEDANG
|
≥ 0,50-0,75
|
TINGGI
|
≤ 0,75-1
|
KEANEKARAGAMAN GASTROPODA ANTAR
STASIUN
v
STASIUN I
·
D =
+
+
+
+
+
+
+
= 0,83 +
0,16 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 0
= 0,99
·
D' = 1 - 0,99
= 0,01
v
STASIUN II
·
D =
+
+
+
+
+
+
+
= 0,13 +
0 + 0,60 + 0,70 + 0,18 + 0 + 0 + 0
= 0,98
·
D' = 1 - 0,98
= 0,02
v
STASIUN III
·
D =
+
+
+
+
+
+
+
= 0 + 0
+ 0,73 + 0,08 + 0,007 + 0,007 + 0,02 + 0
= 0,97
·
D' = 1 - 0,97
= 0,03
v
STASIUN IV
·
D =
+
+
+
+
+
+
+
= 0,14 +
0 + 0,28 + 0,2 + 0,14 + 0 + 0 + 0,22
= 0,98
·
D' = 1 - 0,98
= 0,02
KEANEKARAGAMAN
GASTROPODA YANG DITEMUKAN DI SELURUH LOKASI PENGAMATAN
·
D =
+
+
+
+
+
+
+
= 0,15 +
0,01 + 0,52 + 0,09 + 0,12 + 0,02 + 0,01 + 0,004
= 0,96
·
D' = 1 – 0,96
= 0,04
KELIMPAHAN
RUMUS MENGITUNG KELIMPAHAN (ludwig dan
reynolds,1981 dalam dharmawan, 1995)
v
Telescopium telescopium
D =
x 100 %
= 15 %
v
Clypeomorus moniliferus
D =
x 100 %
= 1 %
v
Clypeomorus concisus
D =
x 100 %
= 52 %
v
Thais bitubercularis
D =
x 100 %
= 9 %
v
Terebralia sulcata
D =
x 100 %
= 11 %
v
Nerita undata
D =
x 100 %
= 2 %
v
Atrina vexillum
D =
x 100 %
= 1 %
v
Cerithium kobelti
D =
x 100 %
= 4 %
4.2 PEMBAHASAN
Hewan-hewan
gastropoda merupakan hewan yang termasuk dalam anggota filum Mollusca. Di mana
mollusca ini merupakan yang kedua terbanyak setelah Arthropoda. Diperkirakan
anggota dari filum mollusca sampai saat ini berjumlah kurang lebih 100.000.
disamping itu ada kurang lebih 20.000 spesies fosilnya yang pernah hidup di
dunia.
Pada pengamatan kali
ini kami mengamati tentang keanekaragaman dan kelimpahan gastropoda di desa
lembasada,Desa lembasada merupakan salah satu tempat penelitian yang terletak dibagian kabupaten
Donggala, yang mana
salah satu yang termasuk tak berpenghuni atau
jauh dari pemukiman masarakat sehingga dari segi ekosistem merupakan tempat yang habitatnya dalam hal ini hutan mangrove,
bisa di katakan masi alami bagi organisme yang hidup didalamnya.
Selain hutan mangrove, ekosistem pesisir lain yang ditemukan
di desa lembasada yaitu
ekosistem terumbu karang, gastropoda dan lain sebagainya . Sedangkan jenis subsrat
yang di temukan meliputi lumpur, pasir berlumpur, pasir dan pasir bercampur
patahan karang dan barbatu dengan karakteristik garis pantai landai.
Pada pengamatan ini kami menggunakan metode
line transek (transek garis). Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 4 titik stasiun pengamatan dan pada tiap-tiap
stasiun dibagi menjadi 3 sub stasiun menggunakan kuadran 2x2m dimana pada
masing-masing stasiun menarik garis transek sejauh 10m. Letak stasiun I yaitu
di dekat perkebunan,stasiun II di dekat tambak.stasiun III di dekat pemukiman
dan stasiun IV di dekat dermaga. Di mana jenis-jenis gastropoda yang kami
temukan di lokasi pengamatan berjumlah 8 jenis yaitu Telescopium telescopium,Clypeomorus
moniliferus,Clypeomorus concisus,
Thais bitubercularis,Terebralia sulcata,Nerita undata,Atrina vexillum,
dan Cerithium kobelti.
Gastropoda
pada umumnya hidup di permukaan substrat atau menempel pada pohon mangrove.
Gastropoda yang hidup di hutan mangrove pada umumnya bersifat bergerak (mobile),
bergerak aktif turun naik mengikuti pasang surut sehingga Gastropoda sendiri
memiliki adaptasi yang cukup besar dengan perubahan faktor lingkungan yang
disebabkan oleh suhu dan salinitas.
Selama air pasang Gastropoda bergerak sampai ke bagian atas dan bergerak
turun ke bawah pohon atau di lantai pohon mangrove saat surut.
Gastropoda berasosiasi dengan ekosistem hutan mangrove sebagai habitat tempat
hidup, berlindung, memijah, dan juga sebagai daerah suplai makanan yang
menujang pertumbuhan (Nontji, 1993).
Data
pada Tabel pengamatan menunjukkan bahwa ada beberapa jenis Gastropoda yang
merupakan gastropoda asli ekosistem mangrove yaitu jenis Telescopium-telescopium,dan
Terebralia sulcata.dimana mereka lebih menyukai permukaan yang berlumpur
atau daerah dengan genangan air yang cukup luas (Kusrini, 2000).
Jenis-jenis
gastropoda Clypeomorus moniliferus,Atrina vexillum, dan Nerita undata ditemukan sedikit di semua
stasiun. Kurniawan (2007) dalam Nento (2012) menjelaskan bahwa banyak
atau tidaknya Gastropoda dilokasi penelitian, dimungkinkan berhubungan dengan
kondisi substrata tau tempat hidup dari masing-masing spesies.
hasil
pengamatan tentang indeks keanekaragamana gastropoda yang di temukan pada
lokasi pengamatan yaitu di mana berdasarkan pengamatan kami bahwa indeks
keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun IV dengan indeks keanekaragaman
0,04, selanjutnya stasiun III indeks keanekaragamannya 0,03,stasiun II indeks
keanekaragamannya 0,02 dan stasiun I indeks keanekaragamannya 0,01 semua indeks
keanekaragaman tersebut masuk kategori rendah. Perbandingan indeks
keanekaragaman antar stasiun dapat dilihat grafik yang terdapat pada pada bab
IV. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman
gastropoda di desa lembahsada masuk dalam kategori tingkat keanekaragaman
rendah.
Odum (1996) menjelaskan bahwa keanekaragaman
identik dengan kestabilan suatu eksosistem, yaitu jika keanekaragaman suatu
eksositem relatif tinggi maka kondisi eksosistem tersebut cenderung stabil.
Lingkungan ekosistem yang memiliki gangguan keanekaragaman cenderung sedang,
pada kasus lingkungan ekosistem yang tecemar keanekaragaman cenderung rendah
Rendahnya indeks
keanekaragaman pada stasiun I,II,III,dan IV mungkin diakibatkan oleh banyaknya
aktifitas masyarakat disekitar stasiun tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan
bahwa disekitar stasiun tersebut ada kegiatan pertambakan, dan perumahan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Heddy dan Kurniati (1996) bahwa keanekaragaman
rendah menandakan ekosistem mengalami tekanan atau kondisinya menurun.
Hasil pengamatan yang kami
dapatkan mengenai indeks kelimpahan gastropoda yang kami peroleh di lokasi
pengamatan dapat dilihat pada bab IV. Dimana nilai gastropoda yang memiliki indeks
kelimpahan tertinggi yaitu Clypeomorus concisus dengan nilai 52% dan yang terendah
Atrina vexillum denga nilai 1%. Dari hasil
yang diperoleh dapat dilihat bahwa jenis Clypeomorus concisus lebih melimpah dibandingkan jenis gastropoda
lainnya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rangan (2000), suatu spesies dinyatakan melimpah
apabila ditemukan individunya dalam jumlah yang sangat banyak dibandingkan
dengan individu dari spesies lainnya.
Jenis Clypeomorus concisus melimpah disebabkan oleh
adaptasai hidup yang lebih dibanding jenis yang lain karena jenis ini memiliki cangkang tebal dan berat,
sehingga apabila mendapat gangguan mudah untuk berlindung serta tetap ditempat,
dimana banyak ditemukan pada daerah permukaan berlumpur maupun batang mangrove.
Untuk hasil Pengukuran kondisi lingkungan berupa salinitas,pH air, dan kelembaban
dilakukan
bersamaan dengan pengambilan sampel. Hasil dari pengukuran masing-masing kondisi
lingkungan dapat dilihat pada bab IV. Dimana Salinitas merupakan nilai yang menunjukan banyaknya
kandungan garam-garam mineral yang menyusun suatu perairan yang ikut
mempengaruhi kehidupan Moluska (Gastropoda) pada hutan mangrove (Nybakken,
1992). Hasil pengukuran yang diperoleh di empat stasiun yaitu 0,20 ppt. Tinggi
dan rendahnya salinitas yang diperoleh dipengaruhi oleh kondisi cuaca pada saat
pengukuran. Untuk kelembaban hasil pengukuran yang kami peroleh yaitu stasiun I
81,7 %,stasiun II 78,4 %,stasiun III 7,0 %,dan stasiun IV 7,0 %.
pH air memegang peranan penting di
perairan karena dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme yang berada diperairan tersebut
(Nybakken, 1992). Hasil pengukuran pH air pada lokasi penelitian dapat dilihat
pada bab IV.
bahwa stasiun pengamatan yang memiliki nilai pH air tertinggi terdapat pada
stasiun III dan IV
yaitu 7,0 sedangkan untuk stasiun I dan II yaitu 6,9 dan 6,8. Kisaran pH air untuk
kehidupan Gastropoda dari hasil yang diperoleh pada pengukuran masih dikatakan
layak untuk kehidupan Gastropoda di ekosistem mangrove. Gasper (1990) dalam Odum
(1996) menjelaskan bahwa Gastropoda membutuhkan pH air antara 6,5 - 8,5 untuk
kelangsungan hidup dan reproduksi.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan
yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
Ø jenis-jenis gastropoda yang kami temukan di lokasi pengamatan
berjumlah 8 jenis yaitu Telescopium telescopium,Clypeomorus moniliferus,Clypeomorus concisus, Thais bitubercularis,Terebralia sulcata,Nerita undata,Atrina vexillum,
dan Cerithiam kobelti
Ø Nilai indeks keanekaragaman Gastropoda di ekosistem mangrove Desa lembasada masuk dalam kategori tingkat keanekaragaman rendah.
Ø nilai gastropoda
yang memiliki indeks kelimpahan tertinggi yaitu Clypeomorus concisus dengan nilai 52%
dan yang terendah Atrina vexillum denga nilai 1%.
Ø Parameter lingkungan terukur masih berada pada kondisi yang baik
untuk kehidupan Gastropoda
5.2 SARAN
Ø Perlu adanya kajian lebih lanjut tentang organisme yang
berasosiasi dengan ekosistem mangrove di Desa Lembasada, sehingga
mempermudah dalam perencanaan pengelolaan kedepan.
Ø Perlu pengelolaan kawasan perairan Desa Lembasada khususnya mangrove, sehingga dapat tetap lestari dan memberikan
manfaat bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,http/www.gastropoda.blogspot.com
Anonim.http//www.habitat.gastropoda.recn.com
Dharmawan, A. 1995. Studi
Komunitas Moluska Di Hutan Mangrove Laguna Segara Anaka Taman Nasional Alas
Purwo Banyuwangi.Tesis. Universitas Gadjah Madah. Yogyakarta
Effendi, H. 2003. Telaah
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius.
Yogyakarta
Irwanto. 2006. Keanekaragaman
Fauna Pada Habitat Mangrove. Yogyakarta
Nento, R. 2012. Kelimpahan,
Keanekaragaman, dan Kemerataan Gastropoda di Ekosistem Mangrove Di Pulau Dudepo
Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Odum. 1996. Dasar-dasar
Ekologi.Edisi ketiga. Gajah Mada Universitas press. Yogyakarta.
Rangan, J. 2000. Struktur dan apologi
Komunitas Gastropoda pada Zona
Hutan Mangrove Perairan Kulu
Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.Skripsi. Program Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar